Pengelolaan keuangan adalah hal yang sangat penting dimiliki untuk menjamin terpenuhinya kebebasan finansial keluarga, di tengah maraknya pemberitaan mengenai pinjaman online yang tengah masif. Chen dan Volpe dalam risetnya pada tahun 1998 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan mencakup 4 aspek, yakni:
- Pengetahuan umum mengenai keuangan;
- Simpanan & pinjaman;
- Asuransi; serta
- Investasi.
Beberapa pengetahuan dan keterampilan ini yang masih menjadi tantangan di kalangan masyarakat indonesia, sejalan dengan hasil survey OJK tahun 2022 yang menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat Indonesia tentang cara mengelola keuangan masih perlu ditingkatkan. Terkait budaya menabung, data terbaru yang dirilis oleh GoodStats pada tahun 2024 juga mengungkapkan fakta yang cukup mengkhawatirkan. Yakni kebiasaan menabung masyarakat Indonesia, yang mana baru 30,1% memiliki tabungan.
Program-program pemberdayaan masyarakat perlu melalukan peningkatan kapasitas masyarakat terkait literasi keuangan dan menabung. VSLA, atau Village Saving Loan Association, merupakan salah satu pendekatan yang ditawarkan. Dalam skema VSLA, anggota melakukan pertemuan rutin untuk menabung secara berkelompok. Selain untuk meningkatkan motivasi, model ini juga dimaksudkan untuk menjaga kedisplinanmenabung dan mengatasi kendala sulitnya akses ke lembaga keuangan formal.
Lebih lanjut, model ini juga menawarkan pinjaman berbasis kelompok yang dikelola secara mandiri oleh anggota komunitas, tanpa keterlibatan dari institusi keuangan formal. Dengan menerapkan prinsip inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi, VSLA berupaya untuk membangun kemandirian finansial melalui sistem yang transparan, fleksibel, dan berorientasi pada gotong royong. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam lingkup implementasi program CHAMPION-ID, Indonesia AIDS Coalition (IAC) akan mengadakan kegiatan yang bertajuk ’Training of Trainer (ToT) Financial Literacy dan VSLA’ yang bertujuan untuk memberikan keterampilan bagi peserta untuk membentuk dan mengelola kelompok VSLA dan mendorong penciptaan kader-kader keuangan yang kompeten di tingkat komunitas.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Maret 2025 di Jakarta, dengan mengundang Bapak Agustinus Wahyu Irianto sebagai pelatih. Juga perwakilan dari IAC dan Aliansi Nasional untuk Anak dengan HIV sebagai peserta.
Adapun, materi pelatihan dibagi dalam beberapa sesi utama, yakni:
- Literasi keuangan, yang mencakup pengembangan tujuan finansial dan pengaturan keuangan rumah tangga dan
- Sejarah dan praktik VSLA
Sebagaimana yang telah disinggung, VSLA merupakan pendekatan berbasis komunitas dalam pengelolaan simpan pinjam yang mengedepankan prinsip swadaya dan kemandirian. Uniknya, anggota VSLA diperbolehkan untuk menabung sesuai kemampuan tanpa tekanan jumlah minimum. VSLA mengenai dua tipe dana yang dikelola, yaitu dana simpanan yang dibeli melalui sistem lot dan dana sosial. Terdapat mekanisme denda dan aplikasi untuk pengajuan pinjaman. VSLA juga mengutamakan transparansi dan demokrasi dalam pemilihan pengurus yang terdiri dari lima peran penting: Ketua, Pemegang Brankas, Juru Tulis, dan dua orang Juru Hitung.
Selain pemaparan, pelatihan dilakukan melalui praktik langsung VSLA, yang meliputi simulasi pembentukan kelompok, penyusunan AD/ART, pengumpulan simpanan pertama, hingga proses peminjaman dan pengembalian. Salah satu tantangan utama yang diangkat adalah lamanya pengembalian pinjaman. Untuk itu, pendekatan disiplin dan aturan peminjaman yang ketat tetapi tidak memberatkan menjadi solusi.
Melalui pendekatan partisipatif, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi model pengembangan ekonomi komunitas yang dapat direplikasi secara luas, bahkan di kota-kota besar yang masyarakatnya sudah mulai mengenal investasi modern. Selanjutnya, VSLA akan dilatihkan kepada para Pekerja Kesehatan Komunitas (Community Health Worker/CHW) untuk pilot di Kota Bandung, Indramayu, Sorong, dan Manokwari.