Diskusi komunitas bersama Dirjen P2P Kemkes

Audiensi Komunitas dengan Dirjen P2P

Pada hari Senin, tanggal 29 Juni 2020, Direktur Jenderal P2P Kementrian Kesehatan RI, dr. Achmad Yurianto, dengan didampingi Ibu Nurjannah, SKM., M.Kes., sebagai Kasubdit HIV/AIDS dan PIMS, dr. Ann Natallia Umar, sebagai Kasi PIMS, dan Ketua TWG HIV, Meirinda Sebayang, menerima lima perwakilan komunitas HIV di kantornya di Kementrian Kesehatan Kuningan. IAC sebagai salah satu organisasi yang diterima oleh Pak Dirjen, diwakili oleh Aditya Wardhana (Direktur Eksekutif) dan Jaclyn Angelina (Staf Perencanaan), kemudian mewakili Yayasan Spiritia, yaitu Daniel Marguari, selaku Direktur Eksekutif. Mewakili komunitas perempuan HIV dan anak, ada Baby Rivona selaku Koordinator Nasional IPPI, dan hadir pula Rito Hermawan selaku Koordinator Advokasi OPSI, mewakili jaringan pekerja seks Indonesia.

Pertemuan ini dilakukan sebagai perkenalan Komunitas HIV dengan Bapak Dirjen, dalam upaya akselerasi program pencegahan dan pengendalian HIV di Indonesia. Dalam arahannya, Bapak Dirjen menekankan pentingnya Kerjasama antara Pemerintah dan Komunitas, dimana peran pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan, hanya dapat dilengkapi dan disempurnakan oleh peran komunitas dan pemerintah daerah sebagai pelaksana kebijakan. Begitu pula sebaliknya, dalam penyusunan kebijakan pemerintah pusat membutuhkan masukan-masukan dari komunitas dan pemerintah daerah untuk menjamin regulasi yang ada berpihak pada komunitas.

Dalam diskusi mengenai program penanggulangan HIV saat ini, Bapak Dirjen mengakui bahwa dengan pencapaian yang rendah saat ini, perlu adanya perubahan yang signifikan untuk dapat secara substansial mendongkrak hasil capaian hingga ke tingkat yang memuaskan. Namun, perbaikan program tidak boleh dilakukan secara serampangan, dan haruslah senantiasa berbasis pada kajian/evaluasi program sebelumnya. Bapak Dirjen juga berpendapat bahwa penanngulangan HIV haruslah mengacu pada dua prinsip utama, yaitu: Pencegahan, yaitu menekan agar tidak ada kasus baru, serta Pengendalian, yaitu mengupayakan agar orang yang terinfeksi HIV itu tetap dapat beraktivitas secara optimal dan produktif. Salah satu cara paling efektif untuk mencapai kedua tujuan itu secara bersamaan adalah dengan pengobatan ARV.

Bapak Dirjen sudah mengidentifikasi salah satu hambatan dalam pencapaian target on ART adalah ketersediaan obat, yang dipicu oleh banyaknya jenis regimen obat ARV, sehingga strategi yang diusulkan adalah simplifikasi regimen ARV. Adapun pemilihan obat ARV yang akan digunakan akan mengacu pada pedoman WHO serta pedoman pengobatan ARV yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Sehingga Ketika hal ini sudah terselesaikan, maka Bapak Dirjen optimis pada tahun 2023 Indonesia bisa mencapai target ODHA on treatment 66%, bahkan lebih.

Mengenai komunitas, Bapak Dirjen menilai komunitas merupakan asset yang penting dalam pelaksanaan program, yaitu untuk menjembatani akses antara pemerintah, layanan, dan komunitas, dikarenakan memiliki jejaring dan pemahaman spesifik mengenai komunitas itu sendiri. Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Yayasan Spiritia menyampaikan kebutuhannya akan dukungan bagi komunitas dalam menjalankan tracing missing cases di layanan, yaitu dalam melakukan pendampingan bagi kasus baru untuk memulai treatment, serta untuk melakukan penelusuran bagi kasus LTFU. Dalam melakukan hal ini, komunitas perlu system referral back yang disetujui dan didukung penuh oleh Kementrian Kesehatan.

Secara bergantian, Baby Rivona dan Rito Hermawan, serta kedua perwakilan dari IAC ikut menyampaikan peran serta komunitas masing-masing dalam mendukung pencapaian program penanggulangan HIV nasional. Bapak Dirjen mengapresiasi dukungan dan motivasi tiap Lembaga, dan mengarahkan agar dibentuk suatu wadah komunikasi antar komunitas agar kerja-kerja masing-masing dapat bersinergi. Bapak Dirjen berpendapat bahwa kordinasi antar Lembaga yang kuat dapat mendorong program penanggulangan HIV nasional yang lebih berkualitas.

Salah satu kekhawatiran komunitas juga adalah bahwa dukungan kuat dari Bapak Dirjen tidak disuarakan secara merata sampai ke level paling bawah, sehingga Bapak Dirjen menawakan opsi-opsi komunikasi serta ruang kordinasi regular agar umpan balik dari komunitas dapat sampai kepada Bapak Dirjen dengan baik, agar dapat diperlakukan sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya Bapak Dirjen menutup pertemuan dengan komitmen kuat untuk mendukung program penanggulangan HIV nasional yang berpihak pada penerima manfaat, yaitu ODHA dan populasi kunci.

Share this post

On Key

Related Posts

image: http://patricmorgan.co.uk
Publikasi

Manajemen Pengelolaan Obat

Manajemen Pengelolaan Obat (oleh Engko Sosialine M) Disampaikan Pada Pertemuan Sosialisasi Uji Coba Desentralisasi Pengelolaan ARV Tingkat Kab/Kota Tahun 2014

Read More »
http://blog.trginternational.com/trg-in-the-board-room/?Tag=Financial+Report
Publikasi

Laporan Audit Keuangan IAC Tahun Fiskal 2011

Sebagai sebuah lembaga yang bekerja mempromosikan transparansi dan akuntabilitas didalam program penanggulangan AIDS, Lembaga Indonesia AIDS Coalition (IAC) menyadari sekali pentingnya arti transparansi dan akuntabilitas

Read More »
Artikel

Edukasi HIV “Aku Bangga, Aku Tahu”

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memiliki program untuk mengadakan edukasi tentang HIV/AIDS ke kampus-kampus, dengan maksud para peserta yang mengikuti edukasi ini dapat menjadi orang-orang yang

Read More »

want more details?

Fill in your details and we'll be in touch