Sejak kasus HIV pertama kali dilaporkan di Indonesia, epidemi HIV terus menyebar secara luas, dengan estimasi 503.261 ODHIV berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2024. AIDS merupakan epidemi global yang telah berlangsung selama beberapa dekade, tidak terkecuali di Indonesia. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa terdapat 14.150 Anak dengan HIV (ADHIV) di Indonesia pada tahun 2023. Upaya penanganan pada populasi ini masih terhalang oleh sejumlah kendala, yakni ketidaksetaraan layanan HIV, khususnya bagi perempuan, anak, dan remaja; stigma dan diskriminasi; serta terbatasnya opsi ARV yang ramah anak.
Dalam rangka mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam rangka penanggulangan HIV, terkhusus bagi perempuan hamil dan anak, Indonesia AIDS Coalition (IAC), melalui dukungan pendanaan dari Aidsfonds, mengimplementasikan program CHAMPION-ID. CHAMPION-ID bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan HIV pediatrik melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpusat pada keluarga dengan prioritas pada: 1) Meningkatkan penjangkauan, edukasi, dan tes HIV bagi anak dan perempuan hamil/menyusui; 2) Memperkuat koordinasi antara komunitas dan fasilitas kesehatan untuk memastikan perawatan yang berkelanjutan; serta 3) Mengurangi stigma terhadap HIV melalui upaya edukasi komunitas dan advokasi.
Wilayah implementasi CHAMPION-ID mencakup Kota Sorong, Kab. Manokwari, Kota Bandung, serta 4) Kab. Indramayu. Dalam rangka kegiatan supervisi rutin, maka pada tanggal 9-12 April 2025, tim IAC melakukan kunjungan ke kantor PKBI Kota Bandung selaku mitra implementor CHAMPION-ID untuk wilayah Kota Bandung dan Kab. Indramayu. Seiring dengan kegiatan supervisi ini, tim dari IAC juga akan menginformasikan inisiatif peningkatan literasi keuangan dan Village Savings and Loan Association (VSLA) yang akan diimplementasikan sebagai bagian dari CHAMPION-ID pada tahun 2025.
Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa berbagai program pemberdayaan masyarakat perlu untuk meningkatkan kapasitas dampingan mengenai literasi keuangan dan menabung, dengan harapan mencapai ketahanan keluarga dan resiliensi ekonomi. Secara sederhana, VSLA adalah kegiatan menabung berbasis kelompok yang dilakukan melalui pertemuan rutin. Hal ini dimaksudkan agar sesama anggota dapat saling memotivasi dan menjaga kedisplinan menabung, juga untuk mengatasi kendala sulitnya akses ke lembaga keuangan formal. Dalam konteks CHAMPION-ID, VSLA ditargetkan kepada kelompok ibu hamil/menyusui dengan HIV ataupun caretaker ADHIV dan dilaksanakan pada kegiatan pertemuan support group.
Dalam kegiatan supervisi dan pengenalan VSLA ini, PKBI Kota Bandung diwakili oleh Direktur Cabang, Koordinator SSR, dan Pekerja Kesehatan Lapangan (Community Health Worker/CHW). Kegiatan dimulai dengan pengenalan konsep VSLA, sebuah metode menabung berbasis kelompok yang berasal dari Afrika dan kini mulai diadopsi di Indonesia dalam konteks kesehatan. Tidak seperti arisan atau lembaga keuangan mikro, VSLA menitikberatkan pada literasi keuangan dan pemberdayaan kelompok.
Peserta diminta mengidentifikasi cita-cita keuangan jangka menengah dan panjang, seperti membuka apotek atau menyekolahkan anak menjadi atlet. Dilanjutkan dengan materi pengelolaan keuangan, peserta diajak membedakan antara masalah kurang pemasukan dan salah pengelolaan, serta mencatat pengeluaran dan pemasukan sebagai dasar menentukan nilai lot atau satuan tabungan dalam VSLA.
Adapun di hari kedua, peserta mempelajari sejarah VSLA dan praktik-praktik pertemuan simpan pinjam. Kelompok VSLA dibentuk lengkap dengan struktur pengurus—Ketua, Juru Tulis, dua Juru Hitung, dan Pemegang Brankas—melalui simulasi pemilihan.
Selanjutnya, peserta menyusun draft peraturan kelompok dan mensimulasikan pertemuan menabung dan meminjam. Diskusi berkembang mengenai teknis pelaksanaan, seperti aturan menabung dengan uang receh, batas maksimal pembelian lot, serta strategi meyakinkan warga untuk berpartisipasi.
Fokus hari ketiga adalah simulasi pengembalian pinjaman dan penggunaan dana sosial. Peserta diajak memahami peran Juru Tulis dan Juru Hitung, juga teknis pencatatan dan distribusi dana. Dipahami bahwa dana sosial digunakan secara kolektif dengan kesepakatan bersama, dan uang tabungan harus diterima langsung oleh anggota.
Salah satu tantangan adalah perhitungan bagi hasil berdasarkan nilai lot. Ditekankan bahwa pertemuan pembagian hasil menjadi momen penting untuk evaluasi dan keberlanjutan kelompok.
Program CHAMPION-ID akan memberikan seed capital sebesar untuk tiap kelompok VSLA, yang disalurkan setelah pertemuan peminjaman pertama. Setiap kelompok terdiri dari minimal 10 anggota, termasuk kemungkinan partisipasi laki-laki yang menjadi caregiver dalam rumah tangga dengan HIV.
Pertanyaan mengenai penggunaan nutrition support, keterlibatan dampingan tahun lalu, serta kebutuhan format laporan dan kuitansi standar juga dibahas sebagai bagian dari persiapan implementasi VSLA pada tahun 2025.
ToT ini menjadi fondasi penting dalam upaya PKBI Kota Bandung dan IAC menjadikan VSLA sebagai alat pemberdayaan ekonomi sekaligus penguatan dukungan bagi komunitas terdampak AIDS. Ke depan, model ini diharapkan menjadi contoh praktik baik yang dapat direplikasi di wilayah lain.