Penanggulangan HIV PKM Koja

Belajar dari Puskesmas Koja untuk Penanggulangan HIV

Sudah 11 tahun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas/PKM) Kecamatan Koja konsisten Bersama komunitas populasi kunci melakukan kerja-kerja penanggulangan HIV di Jakarta Utara. Berawal di 2011, PKM Koja berusaha untuk bisa mengimplementasikan arahan penanggulangan HIV yang diberikan oleh kementerian kesehatan. Pada saat itu beberapa pegawai memiliki beberapa kenalan yang ternyata seorang populasi kunci. Kemudian mereka melakukan pendekatan agar mereka dapat mengikuti tes HIV di PKM Koja.

Tidak terhenti sampai di situ, petugas layanan PKM Koja juga mencoba mengembangkan bakat-bakat yang ada dari teman-teman populasi kunci, seperti menari, bernyanyi, menulis, dan lain sebagainya. Dengan cara mengikuti berbagai macam festival dan kegiatan bersama seperti menari di Islamic Center, tampil bernyanyi dengan nama Keypopulations di Bandung, bahkan hingga sampai menulis sebuah buku. Hasilnya, berbagai penghargaan telah didapatkan oleh PKM Koja Bersama teman-teman komunitas. Dua diantaranya merupakan penghargaan sebagai “Layanan Kesehatan Ramah Komunitas” dari festival Community award Indonesia AIDS Coalition (IAC).

Dari keberhasilan yang telah dicapai tersebut, petugas layanan PKM Koja kemudian belajar banyak terkait dengan pentingnya melakukan pelayanan ramah bagi setiap orang yang berkunjung ke puskesmas, terutama terhadap teman-teman komunitas. Hingga akhirnya mereka bekerja sama untuk sama-sama melakukan kerja-kerja penanggulangan HIV tanpa stigma dan diskriminasi.

Artikel terkait  Bersama Melawan Kebijakan Diskriminatif Bagi LGBTIQ

Dalam kerja-kerja penanggulangan HIV sendiri, PKM koja berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Semenjak Covid 19 masuk ke Indonesia di awal 2020, PKM Koja sudah berinisiatif untuk melakukan layanan VCT berupa “jemput bola”. Mulai dari pengambilan sempel hingga pemberian obat ARV dilakukan secara online melalui aplikasi yang Bernama Jetrek. Pada aplikasi itu, teman-teman komunitas dapat dengan mudah melakukan testing, penjadwalan dengan pihak layanan kesehatan, hingga melakukan pengobatan ARV.

Untuk teman-teman komunitas yang mengalami lost to follow up, pihak layanan PKM Koja Bersama teman-teman Petugas lapangan dan Sebaya memiliki follow up Plan seperti 1) memotivasi mereka untuk membuat atau membawa data diri mereka sehingga dapat dibantu pembuatan BPJS oleh PKM Koja, 2) meningkatkan koordinasi dengan populasi kunci dan tokoh dari mereka agar dapat mengakses layanan HIV, 3) meningkatkan koordinasi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk layanan bantuan ARV, 4) Memotivasi mereka agar dapat datang ke PKM Koja untuk mendapatkan layanan ARV, serta 5) kolaborasi dengan LSM untuk membuat ID Cards.

Hasilnya, tercatat bahwa grafik kepatuhan konsumsi ARV di PKM koja menunjukan kenaikan dari sekitar tiga puluhan orang yang lost to follow up di bulan Januari 2020 menurun di bulan April 2022 menjadi di bawah angka dua puluhan orang.

Strategi selanjutnya yang ingin dikembangkan oleh PKM koja agar grafik itu terus naik adalah membuat sebuah data base atau aplikasi yang dapat melacak keberadaan populasi kunci yang sedang mengalami lost to follow up. Tentunya dengan mengedepankan kerahasiaan identitas dari teman-teman populasi kunci.

Artikel terkait  TWG Field Oversight Visit Report 5-8 Maret 2014
Penulis AB Santoso
Views: 17

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Related Posts

want more details?

Fill in your details and we'll be in touch