Pada hari Senin, 17 Maret 2025, IAC mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari Yayasan Srikandi Sejati (YSS) dan UNAIDS Indonesia. Kegiatan ini membahas mengenai berbagai tantangan bagi upaya penanggulangan HIV di Indonesia. Berdiri pada tahun 1998, YSS adalah Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memberikan dampingan bagi masyarakat umum. Atau kelompok transgender secara khusus.
YSS adalah salah satu unit pelaksana proyek EpiC, yang didanai oleh USAID. Adapun, menanggapi dinamika politik terkini yang berdampak pada operasional organisasi, melalui dukungan dari Aidsfonds, Indonesia AIDS Coalition (IAC) menyalurkan dana bantuan darurat bagi YSS. Dana bantuan yang bertajuk ’Emergency Fund for HIV Response’ ini bertujuan untuk memberikan dana darurat bagi para mitra Aidsfonds dan Robert Carr Fund yang terdampak oleh penghentian proyek-proyek USAID demi melanjutkan kerja-kerja organisasi yang menyelamatkan nyawa. Dalam hal tersebut, YSS memberikan layanan penjangkauan, pendampingan, linkage to care, serta advokasi akses ke dokumen kependudukan (KTP dan BPJS) bagi komunitas transgender DKI Jakarta. Diperkirakan, terdapat sekitar 250 orang anggota komunitas yang mendapatkan dampingan dari para Pekerja Lapangan (PL) YSS saat ini.
Dana bantuan yang disalurkan melalui proyek TRANSCARE hingga bulan April 2025 ini diharapkan dapat membantu YSS untuk membayar biaya sewa kantor, juga honorarium dan insentif PL. Penandatanganan Memorandum (MoU) antara Kamal (Direktur YSS) dan Aditya Wardhana (Direktur IAC) disaksikan oleh Dr. Muhammad Saleem selaku Country Director dan Elis Widen Community Mobilization & Networking Advisor UNAIDS Indonesia.
Dalam kegiatan pertemuan juga dibahas mengenai kemungkinan penggalangan dana ke sektor swasta demi keberlanjutan organisasi dan program; advokasi akses terjangkau ke obat-obatan esensial; obat Antiretroviral (ARV) generasi baru Lenacapavir; status pekerja seks di Indonesia; serta urgensi bagi koordinasi antar aktor yang lebih baik dalam program penanggulangan HIV nasional.
Dengan berbagai tantangan dalam hal pendanaan, kebijakan nasional, koordinasi antar aktor, serta akses ke obat-obatan yang terjangkau, IAC terus memperjuangkan perubahan kebijakan yang lebih inklusif serta memastikan agar respons HIV di Indonesia tetap berjalan dengan baik. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, serta mitra pembangunan internasional menjadi kunci bagi keberlanjutan program di Indonesia.