Epidemi HIV di Indonesia telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1987. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, penyebaran HIV masih terus berlanjut. Estimasi Orang dengan HIV (ODHIV) hidup pada tahun 2024 mencapai 503.261 orang. Sayangnya, pencapaian program penanganan HIV masih jauh dari target global Triple 95s, dengan sekitar 27 ribu kasus baru HIV per tahun.
Kelompok remaja dan anak muda menyumbang hampir 50% dari infeksi baru tersebut. Permasalahan HIV pada anak juga menjadi perhatian khusus. Berdasarkan estimasi UNAIDS, pada tahun 2022 terdapat 18.000 Anak dengan HIV (ADHIV) di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa infeksi HIV mayoritas terdeteksi pada anak umur < 4 tahun. Beberapa kendala dalam penanganan ADHIV antara lain ketidaksetaraan layanan HIV, stigma dan diskriminasi, serta terbatasnya opsi ARV yang ramah anak . Di sisi lain, Perempuan dengan HIV (PDHIV) juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk stigma, kurangnya akses ke layanan perawatan, dan risiko penularan HIV dari ibu ke anak.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 37% dari total ODHIV adalah perempuan. Hanya 55% ibu hamil yang dites HIV, dan dari yang positif HIV, 76% belum mengakses ARV, sehingga meningkatkan risiko penularan ke bayi.
Adapun, kondisi di Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa estimasi kasus HIV positif pada tahun 2023 adalah 9.710, dengan prevalensi 19,5 per 100.000 penduduk. Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2023 menunjukkan persentase kasus HIV positif pada kelompok usia ? 4 tahun dan 5-19 tahun sebesar 1,2% dan 5,5%.
Mengacu kepada data di atas, menanggapi prevalensi HIV pada perempuan dan anak di Provinsi Jawa Barat, terkhusus Kota Bandung dan Kabupaten Indramayu, maka Indonesia AIDS Coalition (IAC) memperluas cakupan wilayah implementasi program CHAMPION-ID dengan memasukkan 2 K/K tersebut. Untuk itu, kegiatan yang bertajuk ‘Kick-Off Program CHAMPION-ID’ dilaksanakan di Kota Bandung pada tanggal 11 Maret 2025.
CHAMPION-ID sendiri merupakan program IAC difokuskan pada edukasi dan pencegahan HIV bagi perempuan hamil, menyusui, dan anak-anak populasi umum. Berbeda dengan pendekatan yang selama ini berfokus pada kelompok kunci, program ini menjangkau populasi umum—khususnya ibu hamil—yang sering kali belum mendapat intervensi khusus.
Dalam pilot program tahun 2024 yang dilaksanakan di Kota Sorong dan Manokwari, ditemukan 56 kasus HIV, termasuk 6 anak < 15 tahun dan 50 perempuan hamil. Salah satu tantangan utama adalah pelaksanaan tes EID (Early Infant Diagnosis), yang membutuhkan pengiriman sampel ke Kota Jayapura dan menghadapi keterbatasan kuota, sehingga hasil tes bisa memakan waktu hingga enam bulan. Tantangan serupa diprediksi akan dihadapi di wilayah ekspansi baru seperti Kota Bandung dan Indramayu pada tahun 2025.
CHAMPION-ID melibatkan Community Health Worker (CHW) dan ibu-ibu PKK sebagai ujung tombak. Mereka bertugas mengedukasi dan merujuk ibu hamil ke layanan kesehatan, juga mendorong mereka untuk memulai terapi ARV jika terdiagnosis HIV positif. CHW akan mendapatkan insentif berdasarkan capaian, seperti merujuk kasus HIV atau mengembalikan pasien yang hilang follow-up.
Program ini juga menyasar anak-anak dalam dua kelompok umur—0–14 tahun (berisiko karena transmisi vertikal dari ibu) dan remaja 15–19 tahun (berisiko karena perilaku). Edukasi juga melibatkan anggota PKK sebagai peer educator yang berperan dalam menyampaikan informasi di level komunitas.
Inovasi baru dari program CHAMPION-ID adalah fitur Village Savings and Loan Association (VSLA), yang mendorong perempuan untuk mengelola simpan pinjam secara berkelompok dan mengembangkan usaha. Kelompok perempuan penerima modal awal dikelola melalui Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), dan insentif diberikan berdasarkan capaian tertentu.
Diskusi dan tanya jawab dalam acara mengangkat berbagai tantangan seperti sulitnya pendekatan kepada keluarga yang tertutup, remaja yang menolak terapi karena efek samping, anak jalanan yang belum banyak dijangkau, tantangan dalam testing HIV untuk pasangan, serta alur rujukan yang belum optimal.
Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. Raden Vini Adiani Dewi, MMRS, menyoroti bahwa meskipun fasilitas kuratif sudah cukup memadai, tantangan terbesar ada pada sisi pencegahan dan edukasi. Beliau menekankan pentingnya sinergi antar-stakeholder dalam menutup kran penularan HIV.
Program ini juga didukung dengan upaya advokasi melalui program Childlife, yang berhasil mendorong Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran untuk menambah site pemeriksaan EID, salah satunya di Kabupaten Indramayu.
Ke depan, dampak program CHAMPION-ID diharapkan dapat meluas dengan menggandeng lebih banyak peer educator, perluasan akses tes HIV, serta mengintegrasikan pendekatan sosial dan ekonomi dalam penanggulangan HIV bagi perempuan dan anak.