Kunjungan Kota Bandung

Kunjungan Penilaian Kebutuhan Kondom dengan Penerima Manfaat Kota Bandung

Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang efektif dalam mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV. Kondom juga memiliki peran penting dalam program penanggulangan HIV, seperti program distribusi kondom secara gratis kepada populasi yang rentan terhadap infeksi HIV. Namun, saat ini masih terdapat ketergantungan yang tinggi pada impor kondom untuk memenuhi kebutuhan dalam program penanggulangan HIV. Kondisi ini menunjukkan kurangnya kemandirian produksi kondom nasional, yang dapat mengakibatkan keterbatasan pasokan dan keterlambatan dalam distribusi kondom di tingkat nasional.

Dalam konteks tersebut, penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kemandirian produksi kondom nasional guna memastikan ketersediaan yang memadai dan berkelanjutan. Hal ini akan mendukung upaya penanggulangan HIV, mengurangi ketergantungan pada produk impor, serta menciptakan lapangan kerja dan meberikan kontribusi ekonomi melalui industri kondom lokal.

Di sisi lain, demi keberhasilan program kondom nasional, penting untuk memahami tantangan yang dihadapi sehubungan dengan akses ke kondom dan harapan penerima manfaat terkait kuantitas dan kualitas kondom. Dalam banyak kasus, penerima manfaat program kondom nasional menghadapi berbagai tantangan dalam mendapatkan kondom. Tantangan tersebut meliputi keterbatasan ketersediaan, distribusi yang tidak merata, harga tidak terjangkau, stigma sosial, dan kurangnya pengetahuan tentang kondom sebagai alat kontrasepsi dan pencegahan IMS yang efektif. Selain itu, kebutuhan akan kuantitas dan kualitas kondom yang memadai juga menjadi aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam program kondom nasional.

Artikel terkait  Workshop Penguatan Layanan HIV di Era JKN

Untuk memahami tantangan dan hambatan dalam akses ke kondom secara mendalam, juga menggali harapan penerima manfaat terkait kuantitas dan kualitas kondom, maka tim dari Indonesia AIDS Coalition (IAC) melakukan kunjungan ke Kota Bandung pada hari Selasa-Jumat, tanggal 1-4 Agustus 2023. Secara umum, kondom yang dibagikan melalui program kondom nasional dinilai belum memenuhi kebutuhan Pekerja Seks Perempuan (PSP), baik dari segi jumlah maupun kualitas. Komentar terkait kondom adalah: 1) Cepat kering (pelicin kurang), sehingga berisiko menyebabkan gesekan/lecet; 2) Panas kalau dipakai; 3) Tebal; dan 4) Bau karet. Di sisi lain, poin positif dari kondom yang dibagikan oleh program adalah tidak mudah bocor karena ketebalannya, dan lentur.

Pelicin juga tidak luput dari komentar, walau tidak sebanyak kondom. Komentar terkait pelicin yang dibagikan oleh program adalah: 1) Cair, shingga gampang tumpah; 2) Cepat kering; serta 3) Kemasan sachet kurang praktis, sekali pakai buang sehingga tidak bisa disimpan. Adapun dari Peer Educator (PE) dan Peer Leader (PL) diketahui bahwa terdapat sejumlah kendala yang dihadapi sehubungan dengan pembagian paket pencegahan dalam upaya penjangkauan adalah: 1) Terdapat beberapa orang yang menolak pembagian kondom karena tidak mau dianggap sebagai PSP; 2) Terkadang PSP lupa telah dibagikan berapa pcs kondom; 3) Jarak. Terkadang PSP butuh kondom hari ini, tetapi tidak dapat dipenuhi oleh PL karena sedang mengikuti agenda lain/lokasi jauh/belum mengambil stock; serta 4) Stigma terkait penyimpanan kondom di kos-kosan.

Artikel terkait  Kegiatan Audiensi Koalisi Masyarakat untuk Keadilan Ekonomi (MKE) dengan Direktorat Organisasi Perdagangan Dunia

Selain topik-topik di atas, juga dibahas kemungkinan mengenai pemanfaatan PE sebagai mobile condom outlet, pencatatan logistik, pengiriman, kebutuhan kondom per lokasi hotspot, serta usulan untuk penyempurnaan program.

Dalam rangka kegiatan, IAC melakukan kunjungan ke PKBI Bandung, lokasi hotspot, serta melakukan pertemuan dengan stakeholder (PE, PL, komunitas, serta lembaga pemerintah). Dari kunjungan dan pertemuan tersebut, didapat berbagai komentar dan usulan sehubungan dengan pelaksanaan program kondom nasional. Pada dasarnya,  baik positif maupun negatif, hal tersebut memberikan insight mengenai perspektif penerima manfaat program kondom nasional, juga langkah-langkah strategis yang perlu dikembangkan demi meningkatkan akses ke kondom, memastikan ketersediaan, serta memenuhi harapan dan kebutuhan penerima manfaat. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan program ke depannya juga akan menjadi semakin baik dan tepat sasaran.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

On Key

Related Posts

Job Vacancy Planning Officer
Lowongan Kerja

Vacancy Planning Officer

Respon terhadap epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama lebih dari dua dekade dan sedikitnya ada total dana sebesar US$ 445 juta yang sebagian besarnya

Read More »

want more details?

Fill in your details and we'll be in touch