Pada tanggal 3-5 Februari 2015 lalu, Indonesia AIDS Coalition dengan dukungan dari UNWomen mengadakan kegiatan training yang bertemakan ‘Meningkatkan Pemahaman Perempuan termasuk Waria mengenai Gender Equality Strategy, UNAIDS Gender Assessment Tools dan UNDP Checklist for Integrating Gender Dalam New Funding Model Global Fund’ di Hotel Best Western, Cawang. Latar belakang kegiatan training ini karena Global Fund telah mengadopsi strategi Kesetaraan Gender pada tahun 2008 hal ini sejalan dengan Strategi Global Fund 2012-2016 bahwa investasi ditekankan untuk pengarusutamaan gender dalam respon HIV demi menyelamatkan lebih banyak orang, menekan jumlah infeksi baru dan mitigasi dampak serta menangani persoalan terkait ketidaksetaraan dan diskriminasi. Pada tahun 2014 lalu bertepatan dengan Board Meeting di Jakarta, Global Fund meresmikan sebuah Model Pendanaan Baru atau yang sering kita dengar dengan New Funding Model disingkat NFM dan juga sekaligus memperkenalkan Gender Equality Strategy. Menyadari bahwa respon dalam penanggulangan HIV belum sepenuhnya sensitif Gender maka IAC berinisiatif mengadakan kegiatan training ini untuk bisa mendorong munculnya gender champion dalam proses NFM agar program penanggulangan HIV yang didanai oleh Global Fund lebih sensitif gender bagi perempuan, anak perempuan dan Transgender.
Kegiatan training ini diawali dengan sambutan oleh Aditya Wardhana sebagai Executive Director dari IAC yang menyambut kedatangan para peserta dari Jakarta dan luar Jakarta untuk bisa mengikuti kegiatan training ini sekaligus menyampaikan concernnya mengenai program HIV yang masih belum sensitif gender bagi perempuan, anak perempuan dan transgender. Perwakilan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), dr. Maya, juga memberikan sambutannya serta mengapresiasi kegiatan training yang diinisiasi oleh IAC serta menyampaikan harapannya agar program penanggulangan HIV kedepannya bisa lebih sensitif gender. Begitu pun perwakilan dari UNWomen, Iriantoni Almuna, memberikan sambutannya dalam kesempatan ini serta menyampaikan harapan adanya kegiatan training ini bisa memberikan pemahaman kepada peserta untuk bisa mendorong program HIV yang lebih sensitif gender.
Kegiatan training ini difasilitatori oleh duet maut dua orang aktivis perempuan yang sudah memiliki pengalaman banyak dan malang melintang di dunia penanggulangan HIV baik di tingkat lokal, nasional, regional dan global yaitu Baby Rivona dan Ratri Pearman. Kedua fasilitator ini memiliki latar belakang panjang yang tidak perlu diragukan lagi dalam mendorong Kesetaraan Gender dalam program HIV serta pengalaman dalam Global Fund itu sendiri dimana Baby Rivona pernah duduk sebagai anggota CCM Indonesia mewakili ODHA dan Ratri Pearman pernah menjadi Member of Communities Delegation to Board of Global Fund AIDS, TB and Malaria.
Di hari pertama kegiatan training, peserta mendapatkan pemahaman mengenai Sexual Orientation and Gender Identity (SOGI) dari Faisal yang sangat mumpuni memberikan pemahaman mengenai SOGI kepada peserta. Dalam sesi ini begitu banyak pertanyaan yang muncul dari peserta dan diskusi berjalan dengan sangat dinamis. Begitupun di sesi selanjutnya dimana, Arie Surya, mengajak peserta untuk brainstorming mengenai peran laki-laki terkait gender serta fakta dan mitos mengenai gender itu sendiri. Fasilitator Ratri Pearman, di akhir sesi membawakan presentasi mengenai Gender Equality, Gender Equity yang terkadang banyak orang salah memahami antara Gender Equality dan Gender Equity, namun dengan mudah fasilitator bisa mengajak peserta memahaminya.
Di hari kedua, peserta diajak berpusing ria oleh kedua fasilitator untuk memahami Global Fund 101 dan The New Funding Model. Meskipun tema ini cukup berat dan kompleks, tampak peserta bisa memahaminya bahkan sesi ini pun sangat aktif, peserta sangat ingin tahu mengenai Global Fund. Kemudian David Bridger dari UNAIDS Indonesia, berkesempatan untuk memaparkan mengenai UNAIDS Gender Assessment Tools dan dilanjutkan dengan presentasi dari Ibu Lany mengenai UNDP Gender Checklist, sayangnya pertanyaan mengenai seberapa kuat pengaruh dari Gender Checklist untuk Global Fund ini masih belum terjawab oleh Ibu Lany. Di sesi terakhir, Aditya Wardhana, memberikan perkembangan terbaru mengenai proses NFM yang sedang berlangsung di Indonesia serta meminta pendapat dan pengalaman peserta terkait implementasi Global Fund di lapangan terutama dari peserta di luar kota Jakarta.
Di hari terakhir, kedua fasilitator kembali mempresentasikan mengenai Gender Equality Strategy dan Key Affected Population Action Plan Global Fund yang menjadi dasar mengapa program HIV yang sensitif gender bagi populasi kunci begitu di dorong dalam proses NFM. Selanjutnya, Laura Millette, Konsultan dari UNWomen mengajak peserta untuk bisa merangkum semua proses selama kegiatan training dan bekerja di dalam kelompok untuk membuat Langkah Tindak Lanjut Advokasi Global Fund dan Gender serta di akhir sesi setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kegiatan training selama tiga hari ini sangat berkesan dengan peserta-peserta yang sangat aktif membuat diskusi berjalan dengan sangat dinamis. Begitu pun dengan para fasilitator dan narasumber yang senantiasa membuat kegiatan training ini tetap hidup. Semoga akan muncul gender-gender champion baik di tingkat nasional dan sampai daerah untuk mendorong program HIV yang lebih sensitif gender bagi populasi kunci.
Untuk foto-foto kegiatan dapat dilihat dan diunduh pada Facebook page IAC.
Materi pelatihan hari pertama dapat diunduh disini.
Materi pelatihan hari kedua dapat diunduh disini.
Materi pelatihan hari ketiga dapat diunduh disini.